Minggu, 22 Februari 2015

Teruslah Istighfar


Teruslah istighfar...
Karena istighfar kita itu adalah ruang luas yang disediakan Rabb kita untuk menggapai syurga Nya...
Inilah ruang yang disediakan nya bagi kita orang mukmin...
Di ruang ini DIA memuji mereka yang istighfar di waktu sahur...
Mereka memuliakan mukmin yang datang pada NYA setelah berdosa...
DIA pun membuka banyak keutamaan bagi yang melakukannya...

Teruslah istighfar... 
Karena kita lemah...
Karena kita tak mungkin berjalan tanpa petunjuk Nya...

Teruslah ...
Kemuliaan kita di hadapan NYA bukan karena banyaknya ibadah kita 
Tapi terasa nya TAQWA di semua ibadah itu...
Jangan takut kehilangan nikmat..
Karena DIA lah yang memberi nikmat..
Dan jangan takut kehilangan popularitas..
Karena DIA lah yang memberi karunia itu atau mengambilnya kembali sesuka NYA

Teruslah istighfar...
Karena bukan tidak mungkin istighfar kita masih membutuhkan istighfar...
Lafazh takut kita tak bersumber dari takut di hati kita...
Ibadah kita tak datang dari ikhlas pada NYA...
Kebaikan kita bukan karena NYA
Teruslah istighfar....
Karena Nabi saw Istighfar dalam sehari tidak kurang dari 70 karena
Teruslah istighfar....

H ABDUL LATIF KHAN

Rabu, 18 Februari 2015

Maka,nikmat Tuhan mu yang manakah yang kau dustakan?

Bersyukur atas Nikmat Allah

Allah Ta’ala berfirman:

“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir.” (QS. An Nahl: 83)

Makna ayat :

Setiap hamba wajib untuk menyadari bahwa setiap kenikmataan datangnya hanyalah dari Allah ‘Azza wa Jalla. Dan kesempurnaan tauhid tidaklah dapat dicapai kecuali bila telah menyandarkan segala nikmat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Menyandarkan nikmat kepada selain Allah adalah wujud nyata dari kekurangan dalam pengamalan tauhid, dan merupakan syirik kecil kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan kenikmatan apa saja yang ada pada kalian, maka dari Allah lah (datangnya).” (QS. An Nahl: 53)

Mujahid rahimahullah menerangkan ayat ini dengan berkata, ”Yaitu perkataan seseorang: ‘ini adalah hartaku yang kuwarisi dari bapak-bapakku’.”

Ungkapan ini mengurangi kesempurnaan tauhid, dan termasuk syirik karena ia telah menisbatkan harta tersebut kepada dirinya dan bapak-bapaknya. Sejatinya harta ini adalah kenikmatan yang Allah berikan kepada bapaknya, kemudian Allah melanjutkan nikmat itu kepada orang mukmin tersebut, sehingga ia mendapat bagian warisan. Ini semua adalah bagian dari rahmat Allah dan nikmatNya, sedangkan bapaknya hanyalah sebagai perantara sampainya harta tersebut kepadanya.

Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi orang tua, atau pemilik harta untuk membagi harta warisan sekehendak hatinya, karena pada hakekatnya harta bukanlah miliknya.

‘Aun bin Abdullah menuturkan, “Mereka mengatakan: seandainya bukan karena si Fulan, niscaya tidak akan terjadi demikian.” Juga seperti ungkapan orang, ”kalau bukan karena si pilot pesawat, niscaya kita akan binasa”, dan ungkapan serupa dengannya yang terkandung di dalamnya bentuk menggantungkan sesuatu kejadian kepada perantara-perantara tersebut, baik berupa manusia, benda mati, atau makhluk lainnya, seperti hujan, air atau udara….dst

Ibnu Qutaibah menuturkan,”Mereka mengatakan: ini semua berkat syafa’at sesembahan kami”. Maksudnya bila mereka mendapatkan kenikmatan, mereka ingat bahwa sebelumnya mereka telah menghadap kepada wali, nabi, patung atau berhala. Datangnya kenikmatan ini menjadikan mereka menyembah para wali, yaitu dengan cara mengucapkan: Sesembahan kami telah memberikan syafa’at kepada kami, oleh karena itu kami mendapatkan kebaikan ini.

Mereka selalu mengingat-ingat sesembahan tersebut, dan melupakan Allah yang telah melimpahkan karunia tersebut kepada meraka. Sesungguhnya Allah tidak menerima syafa’at syirik yang mereka sebut-sebut tersebut.

Kenikmatan Allah kepada kita begitu banyak, dan tidak ada batasnya, sehingga sudah sepantasnya pula setiap kenikmatan hanya disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan hanya Allah yang disebut dan disyukuri atasnya. Karena tahap pertama dari mensyukuri nikmat adalah menyandarkan kenikmatan tersebut kepada yang memberinya, sebagaimana ditegaskan pada firman Allah Ta’ala:

“Adapun dengan nikmat Rabb-mu, maka hendaklah engkau sebut-sebut.” (QS. Adh dhuha: 11)

Menyebut-nyebut nikmat Allah yaitu dengan mengatakan “Aku mendapat kenikmatan ini adalah karena kemurahan Allah, ini adalah nikmat dari Allah.”

Bila hati seseorang telah bergantung kepada makhluk, sehingga kepadanya ia menyandarkan kenikmatan, maka ia telah berbuat kesyirikan dalam hal ini, dan tentunya akan mengurangi kesempurnaan tauhid.

Sumber : WanitaSalihah.com, Syarah Kitab Tauhid Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh.

Ciri Kebahagiaan dan Kebinasaaan Seseorang

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

"Diantara ciri kebahagiaan dan keberuntungan ialah apabila seorang hamba semakin bertambah ilmunya semakin bertambah pula tawadhu’ dan sifat kasih sayangnya.

Semakin bertambah amalnya, semakin meningkat pula rasa takut dan kehati-hatian dirinya.

Semakin bertambah umurnya semakin berkuranglah ambisinya.

Semakin bertambah hartanya semakin bertambah pula kedermawanan dan kegemarannya untuk membantu.

Semakin bertambah kedudukannya semakin dekatlah dia dengan orang-orang dan semakin suka menunaikan kebutuhan-kebutuhan mereka serta rendah hati kepada mereka.

Dan Diantara ciri kebinasaan adalah bahwa semakin bertambah ilmunya semakin bertambah pula kesombongan dan kecongkakan dirinya.

Semakin bertambah amalnya semakin bertambah pula keangkuhan dan suka meremehkan orang lain, sementara dia selalu bersangka baik kepada dirinya sendiri.

Semakin meningkat kedudukan dan statusnya semakin bertambah pula kesombongan dan kecongkakan dirinya.

Perkara-perkara ini semua adalah cobaan dan ujian dari Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya, sehingga akan ada sebagian orang yang berbahagia dan sebagian yang lain menjadi binasa karenanya.

Sumber : al-Fawa'id tahqiq Basyir Muhammad 'Uyun, hal. 277, terjemah kitab salaf

Rabu, 11 Februari 2015

Keutamaan Puasa Senin Kamis

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha , beliau mengatakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis. ” 
(HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739. All Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al.Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Usamah bin Zaid berkata,

“Aku berkata pada Rasul - shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.” 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dua hari tersebut? ”Usamah menjawab, “ Senin dan Kamis.” Lalu beliau bersabda, “Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (pada Allah). Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa. ” 
(HR. An Nasai no. 2360 dan Ahmad 5: 201. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Keutamaan hari Senin dan Kamis secara umum dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah berikut, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setia hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut) kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan) antara dirinya dan saudaranya. Nanti akan dikatakan pada mereka, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua
berdamai.” (HR. Muslim no. 2565).

jangan lupa besok bagi yg mampu ikut puasa yah, semoga bisa jadi amalan rutin yg menjadi sebab pintu surga terbuka bagi kita semua.

Repost : @kajianislam

Hadist

dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu ‘anhu beliau berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا بِشَرٍّ فَجَاءَ اللَّهُ بِخَيْرٍ فَنَحْنُ فِيهِ فَهَلْ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ هَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الشَّرِّ خَيْرٌ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَهَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ كَيْفَ قَالَ يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Ya Rasulullah, sesungguhnya mendapatkan keburukan lalu datanglah kebaikan dari Allah, dan kami saat itu masih ada. Apakah setelah kebaikan itu datang keburukan lagi?” Rasulullah menjawab: “Ya.” Hudzaifah bertanya: “Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan lagi?” Rasulullah menjawab: “Ya.” Hudzaifah bertanya: “Apakah setelah kebaikan akan datang keburukan lagi.” Rasulullah menjawab: “Ya.” Hudzaifah bertanya lagi: “Bagaimana itu?” Rasulullah menjawab: “Akan ada setelahku nanti, para pemimpin yang tidaklah menuntun dengan petunjukku, tidak berjalan dengan sunahku, dan pada mereka akan ada orang-orang yang berhati seperti hati syaitan dalam tubuh manusia.” Hudzaifah bertanya: “Apa yang aku lakukan jika aku berjumpa kondisi itu Ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Dengarkan dan taati pemimpinmu, dan jika punggungmu dipukul dan diambil hartamu, maka dengarkan dan taat.” (HR. Muslim, 9/387/3435. Al-Baihaqi. As-Sunan Al-Kubra, 8/157. Ath-Thabarani, Al-Mu’jam Al-Ausath, 6/459/3003. Al-Maktabah Asy-Syamilah)

MUHASABAH

 Terkadang hari kita lelah...
Jenuh tunduk pada Nya...
Lemah melazimkan zikir pada Nya
Tak betah membaca Kitab Nya...

Terkadang nafsu kita...
Menguasai ruang hati kita...
Ruang yang seharusnya di situ kita
Melazimkan kehambaan kita pada Allah

Nafsu kita...
Yang tak peduli benar salah itu
Hanya menjalankan satu misinya : yang penting enjoy....
Sementara syetan yang sebenarnya tak punya kekuatan dan kekuasaan atas kita
Menemukan jalan merusak kita...
Melalui celah ini...

Namun sampai kapan...???
Sementara detik terus bergerak
Bergerak dalam sunnatullah
Ada atau tidak ada kesalihan kita
Ada atau tidak ada zikir kita
Ada atau tidak ada ketaqwaan kita
Dia akan terus bergerak sampai pada
Gerbang kematian kita

Sampai pada saat kita mengatakan keinginan tuk kembali pada kehidupan dunia...namun Tuhan kita menolak dengan hardikan...
Sampai pada akhirnya air mata tak lagi berguna?
Sampai pada akhirnya keluhan tak lagi di dengar...???
Sampai pada akhirnya api murka Allah membakar jantung????

ya Rabb...
Bantulah kami mengisi semua hari kami dalam tunduk pada Mu..
Ajari kami mencintai Mu
Ajari kami merasakan kehadiran Mu dalam hidup kami...
Ajari kami tuk melakukan kebaikan yang bermanfaat...
Ajari kami....
Sampai akhirnya saat kematian datang...
Itulah saat puncak cinta Kami pada Mu...

BERSAMA KITA ADA AL QUR'AN

=========================
BERSAMA KITA ADA AL QUR'AN
=========================

Benarlah bahwa sekarang ini sulit menemukan berita yang benar...
Dusta dibungkus begitu apik dalam kemasan kebenaran...
Khayalan di kumandangkan sehingga seakan ia kenyataan...

Dari tahta kepemimpinan kita menemukan banyak orang yang coba menyingkirkan kesadarannya tentang Tuhan...
"Memaksa Nya" untuk menjauh dari semua urusan hidup mereka...
Malangnya mereka mengambil nafsu mereka untuk menjadi Tuhan baru...

Lidah mereka mengumandangkan kata-kata dusta yang mereka sebut hukum dan sabda...:
Sementara bersama mereka terdapat "kitab suci" yang terus mengarahkan kita pada kesenangan... Kesenangan dunia... Kesenangan nafsu
Dan menutup mata hati kita... 

Tapi ketahuilah ... 
Mereka tidak bisa membunuh Tuhan
Mereka tidak bisa menyingkirkan kebenaran...
Kita lah yang harus menjaga cahaya itu
Cahaya yang harus terus hidup...
Cahaya yang konsisten menjauhkan kita dari kegelapan yang berlapis...

Kita tak perlu khawatir...
Walau mereka mempropagandakan sejuta dusta
Bersama kita ada al Qur'an...
Satu satu pemandu yang membuktikan semua dusta mereka adalah hina...

Semoga 
Bersama kita ada al Qur'an

H Abdul Latif Khan

Senin, 09 Februari 2015

Aku masih mendekap rapat cinta dalam diamku ini..

Sesungguhnya yang mendatangkan rasa cinta ini, yang mendatangkan rasa kagum ini, yang memekarkan hati ini adalah dari-Nya. Sungguh aku hanya bisa menerimanya. Aku hanya bisa pasrah tertegun tak bisa mengelak atas perasaan ini padamu.

Tertegun dalam keindahan akhlakmu. 
Tertegun dalam manisnya lisanmu. 
Tertegun dalam tenangnya pandanganmu. 
Dan tertegun pula dalam kesejukan nasehatmu. 

Semua begitu sempurna, sungguh sempurna. Sesempurna sesuai firman-Nya.

Aku yang mengagumimu dalam diam. 
Utuh tak tersentuh.
Seperti mentari yang menyapa bunga-bunga bermekaran.
Tak pernah menyentuh namun cintanya terasa bagi kuntum-kuntum bunga yang sedang bermekaran itu.


Karena aku mengagumi maka izinkan aku tak mengusik khusyunya ibadahmu. 
Izinkan aku tak mengusik ketenangan hatimu. Tak mengapa aku tak bertegur sapa denganmu. Cukuplah bagiku menyapamu dalam doa-doaku.
Cukuplah bagiku tersenyum lezat melihatmu bahagia. 
Cukuplah bagiku menyebut namamu dalam hamparan sajadahku.

Aku yang tersentuh akhlak muliamu, aku yang terkagum lekat dalam sikapmu, mencintaimu dalam diam mungkin lebih baik bagi diriku dan dirimu. 
Lebih mulia bagi perasaanku dan perasanmu. Lebih menjaga kehormatanmu. 
Lebih menjaga kemuliaanmu. 

Maka izinkan aku, hai engkau yang begitu mulia, izinkan aku mencintaimu dalam keikhlasan karena aku tak pernah tau apakah engkau yang tercatat dalam lauful mahfudz untukku?

Karena aku tak pernah tau adakah balasan darimu untukku. Biarlah kuasa Allah yang menggerakan hatimu untukku.
Bukan karena mencintaimu dengan diam aku akan menderita. Bukan karena mengagumimu dengan diam aku akan merana.
Namun, ketika ku artikan cinta itu pada sisi kehadiran dan kebersamaan denganmu. Maka itu lah penderitaan yang sesungguhnya.
Aku yang mencintaimu dari kejauhan. Walaupun sungguh aku merasa sangat dekat denganmu.
Biarlah aku dekap rapat perasaanku ini. Biarlah aku tutup rapat hingga Allah mengizinkan pertemuan kita. Namun jika memang engkau bukan tercatat untukku. Jika memang engkau hanya hiasan duniaku yang sementara, sungguh aku yakin Allah akan menghapus cinta dalam diamku padamu. Allah akan menghilangkan perasaanku untukmu. Dia akan memberikan rasa yang lebih indah pada orang yang paling tepat. Begitulah kuasa-Nya. Begitulah Dzat yang membolak-balika n hati hamba-Nya.

“Ketika aku tak lagi terkagum denganmu, maka pahamilah jejakku.. Karena mungkin, aku pernah menulis tentangmu dan meyapa namamu dalam tiap untaian doaku”

Yaa Muqallibal Qulub, tsabbit qalbi 'ala dinikal islam.. 

Keindahan Dua hati

Jika kau bertanya padaku tentang keindahan dua hati,

maka BUKAN mereka yang seenak hati merasakan asmara atas nafsu duniawi

maka BUKAN mereka yang mengatasnamakan cinta dengan menghalalkan segala cara untuk kepuasan diri

dan BUKAN mereka yang indah merajut kisah di atas ketidakhalalan hubungan dua sejoli

tapi mereka yang BERJUANG melawan KEMAKSIATAN, 
mereka yang BERLINDUNG pada-Nya dari segala GODAAN,
dan dengan KETAATAN pada-Nya menjemput RIDHA-Nya di MAHLIGAI PERNIKAHAN. 😊

Jika Cinta..

  

Jika cinta hanya sensasi maka cinta hanya akan indah ketika berproses menanti dan mencari.

Jika cinta sebatas kompetisi maka cinta akan nikmat ketika yang dinanti telah dimiliki.

Tapi jika cinta adalah kolaborasi maka cinta akan indah dan nikmat ketika kekuranganmu dilengkapi oleh kelebihannya dan sebaliknya kelebihanmu melengkapi kekurangannya

 

Minggu, 08 Februari 2015

Lillahi Ta'ala 🙏

Allah mengatur hamba2-NYA untuk bertemu dan saling mengenal dengan seseorang untuk mewarnai kehidupannya, atau mereka mewarnai kehidupan kita
Berbuat baik menjadi bahan pembicaraan..

Berbuat jahat, apalagi pasti menjadi bahan cemoohan..

Namun begitu tetaplah berbuat baik,jangan peduli apa kata orang yang penting bermanfaat dan Allah ridha..

Lebih baik dikenal oleh sedikit orang karena kebaikan daripada dikenal ribuan orang sepanjang zaman karena kejahatan...

Jangan simpan nama seseorang di hati, karena hati mudah terbolak-balik.. Tapi simpan dan ingat dalam do'a,biarlah Allah yang menjadi perantara antara kita dan dirinya..


Rabu, 04 Februari 2015

Sederhanakanlah Cintamu..

Jika terlalu erat menggenggam cinta yang palsu, tak tentu arah tujuannya...

Kita akan kehilangan waktu dan sulit membuka hati terhadap cinta yang lebih baik....

Bersikaplah sederhana dalam cinta, agar tidak melumpuhkan logika sehingga kita mampu berpikir dan berkeputusan dengan jernih dalam membangun cinta untuk masa depan yang bahagia...

Insya Allah.. Allahumma Aamiin ☺️